Masyarakat nelayan di sekitar Danau Tempe mempunyai Rumah Terapung. Terletak di tengah Danau Tempe, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Rumah ini menyerupai rumah panggung yang dikenal di masyarakat Bugis Makassar. - Hariandi Hafid
merupakan salah satu danau air tawar yang berada di Sulawesi Selatan. Danau dengan luas 13.750 Ha ini dapat diakses dengan jalur darat dari pusat Kota Sengkang ibukota Kabupaten Wajo. Di tengah danau yang sempat dinyatakan UNESCO sebagai salah satu danau dengan penghasil ikan tawar terbesar di dunia terdapat sejumlah rumah yang terapung dan berganti posisi mengikuti arus dan hembusan angin.
Rumah terapung Danau Tempe mulai ada sekitar tahun 1970-an. Saat itu, masyarakat sekitar danau yang bekerja sebagai nelayan mulai membuat rumah kedua mereka dengan bahan-bahan yang sederhana dan menghanyutkannya mendekati tengah danau demi memudahkan usaha mencari ikan. Konstruksi rumah warga kampung apung pada dasarnya mirip dengan rumah panggung sederhana masyarakat Sulawesi selatan. rangkaian bambu yang membentuk rakit pada bagian bawah rumahlah yang membuatnya dapat mengapung. Agar tidak hanyut, rumah biasanya ditambatkan dengan tali ke tiang kayu atau bambu.
Pada 1980 hingga 1990 jumlah rumah apung diperkirakan mencapai 100 unit dan tersebar disejumlah titik danau. Menurunnya produksi dan hasil tangkapan ikan pada awal tahun 2000-an membuat banyak nelayan mulai beralih profesi yang berimbas pada penggunaan rumah apung, jumlah rumah apung yang tersisa saat ini sekitar 20 unit .
Masyarakat nelayan di sekitar Danau Tempe mempunyai Rumah Terapung. Terletak di tengah Danau Tempe, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Rumah ini menyerupai rumah panggung yang dikenal di masyarakat Bugis Makassar. Yang membedakannya dengan adanya tambahan serangkaian bambu yang membentuk rakit pada bagian alas rumah. Masing-masing tiang kayu atau pun bambu ditambatkan dengan tali agar dapat terapung. Masyarakat setempat memanfaatkannya dalam usaha mencari ikan di danau air tawar itu.
Kondisi saat ini, dari awal kehadiran rumah itu pada sekitar tahun 1970-an bahwa data sebarannya di area danau kian berkurang. Kini, rumah terapung itu tersisa sekitar 20 unit. Berkurangnya rumah tersebut dipengaruhi oleh jumlah produksi dan hasil tangkapan ikan yang kian menurun. Terjadinya penurunan produksi dan hasil tangkapan itu bersumber dari sedimentasi (pendangkalan) di danau tersebut.
Kehidupan masyarakat yang menggantungkan hidupnya melalui hasil tangkapan ikan di danau air tawar tersebut kini terancam. Pemerintah setempat harus segera bertindak dalam mengatasi masalah ini demi keberlangsung hidup mereka.